Membedakan orang Jepang, China dan Korea dapat kita lihat tidak hanya
secara fisik semata melainkan kita dapat melihat perilaku dan nilai
hidup mereka. Budaya dan gaya hidup ke tiga warga negara ini pastilah
berbeda, hal inilah yang menyebabkan ketiga negara tersebut saat ini
cukup diperhitungkan oleh dunia sebagai salah satu kekuatan Asia. Tanpa
bermaksud SARA dan berusaha meresapi nilai baik yang dapat kita contoh
dari mereka, berikut saya sajikan perbedaan ketiga negara ini ditinjau
dari bentuk fisik, perilaku dan nilai budaya antara Orang Jepang, China
dan Korea sebagai berikut :
Orang Korea
A. Ciri Fisik :
Orang Korea cenderung memiliki wajah menyanjung dengan tulang pipi tinggi / persegi dan mata kecil dengan kelopak mata tunggal.
B. Perilaku Baik Yang Dapat Menginspirasi :
Orang Korea itu . . .
1) Orang Korea kebanyakan profesional – amat sangat profesional malah
Profesional dalam hal ini yaitu mengerti akan hak dan kewajiban mereka.
Bagi mahasiswa, tidak ada kata bermain selain di akhir pekan. Bayangkan
saja, di kampus itu ada lapangan sepak bola yang sangat bagus yang bisa
dipakai secara gratis selain di akhir pekan (bayar sekitar Rp 150.000,-
per dua jam di akhir pekan), tetapi hampir tidak pernah ada yang
menggunakannya di hari kerja. Lho, apa orang di sini tidak suka main
sepak bola? Bukan, tetapi mereka menghabiskan hampir semua waktu mereka
di hari biasa untuk belajar. Ketika tidak ada kuliah, maka yang mereka
lakukan adalah ke perpustakaan atau tempat lain untuk belajar. Tidak ada
nongkrong-nongkrong tidak jelas, bermain kartu, apalagi menonton
bioskop :) . Lho, hidup mereka kasihan amat dong? Tidak juga. Namanya
juga profesional, jadi ketika hari libur, mereka bermain sepuas-puasnya –
secara profesional juga. Hingga mabuk-mabukan segala (Ups, yang ini
jangan ditiru lah yaaa, hehe).
Bukti lainnya yang menunjukkan hal ini, ketika minggu lalu kami diajak
tur keliling kota dengan ditemani oleh para buddy, kami menuju downtown –
semacam pusat perbelanjaan yang cukup ramai di kota Daejeon ini. Si
Jun, buddy saya, bertanya adakah barang yang hendak saya cari. Karena
saya baru dua hari dan belum terlalu memikirkan akan hal semacam itu,
saya hanya menjawab, memangnya barang yang menarik apa? Kira-kira yang
khas dari sini? Jawaban dia, “Wah, maaf saya kurang tahu. Saya jarang
kesini. Biasanya saya ke perpustakaan atau belajar di rumah ketika
weekend”. Waduh, rajin sekali engkau Jun, hehehe. Saya tidak boleh kalah
nih selama setahun disini, biar tidak malu didampingi oleh orang rajin
:)
2) Efisien waktu dan disiplin
Saya sudah menyebutkan di beberapa postingan sebelumnya tentang
kedatangan saya di kampus ini, yaitu bahwa kami tiba di Korea, tepatnya
di Incheon Airport pada hari Kamis, 27 Maret 2008, sekitar pukul 07.00.
Kami disambut dengan bus yang langsung mengantar kami menuju Daejeon
University. Kami tiba sekitar pukul 12.00 dan langsung menuju gedung
asrama kampus, menuju kamar masing-masing – kamar yang Insya Allah akan
kami tempati selama 9 bulan ke depan. And guess what, berikut jadwal
acara selama beberapa hari itu :
…
Kamis, 27 Maret 2008
14.00 dormitory orientation
15.30 campus tour
Jumat, 28 Maret 2008
10.00 orientation with ASEAN University Network and Daejeon University
11.00 course registration
14.00 level / placement test for Korean Class
16.00 downtown tour
Senin, 31 Maret 2008
Kelas dimulai – minggu pertama setiap mahasiswa diwajibkan untuk
mengikuti seluruh mata kuliah, setelah itu pada akhir minggu pertama
akan diadakan semacam PRS untuk mengambil 27 SKS mata kuliah yang akan
benar-benar diambil
…
Maakk…. Kalau kata Vicky, give me a break! Benar-benar efisien mereka
dalam mengatur waktu. Kami yang masih agak-agak blank karena baru tiba
setelah perjalanan jauh pun langsung disuruh mengikuti orientasi itu.
Melihat jadwal kuliahnya pun saya shock. Jadwal kuliah per hari hanya
terbagi tiga, yaitu pukul 9 – 12, 12 – 15, dan 15 – 18. Pada hari Rabu
dan Kamis, kuliah saya full jam 9 – 18. Woi, istirahatnya kapan woi? Ah,
tetapi saya berpikir, pasti tidak akan sepenuhnya benar-benar digunakan
setiap jadwal kuliah tersebut. Terbayang di ITB, jadwal kuliah yang
seharusnya 2 jam biasanya hanya digunakan selama 1,5 jam. Pikiran yang
amat salah karena mereka benar-benar menggunakan waktu 3 jam tersebut.
Bahkan ketika kami terlambat untuk kuliah pada pukul 15 karena kuliah
sebelumnya benar-benar selesai pukul 15 – dan kami harus pindah antar
gedung kuliah yang cukup jauh seperti dari GKU Lama ke GKU Baru, kami
ikut dimarahi oleh si dosen. Hahahaha. Ampun deh ampun bapak-bapak
ibu-ibu. Rasanya dalam hal ini kita memang bisa belajar banyak dari
mereka.
3) “Ketika kamu tidak bekerja keras, kamu tidak akan hidup”
Itu barangkali statement yang mewakili dari cerita si Jun, ketika saya
bertanya mengapa dia sibuk sekali belajar. “Begitu banyak tenaga kerja
di Korea tetapi tidak sebanyak itu lapangan kerja yang tersedia.
Karenanya, jika saya tidak belajar keras, saya tidak akan memperoleh
nilai baik. Dan jika saya tidak memperoleh nilai baik, saya tidak akan
memperoleh pekerjaan. Dan jika saya tidak memperoleh pekerjaan, saya
tidak akan hidup”. Glek, merasa sangat tersindir saya mendengar
kata-kata itu. Sudah segiat apa saya belajar? Sudah siapkah saya untuk
bisa menghidupi diri saya sendiri dan keluarga saya nantinya? Dasar si
Jun, kamu baik sekali sih, sudah mengingatkan saya akan berbagai macam
hal hehe. Sedikit banyak menjawab pertanyaan Ipe juga nih, “kami memang
ingin hidup senang. Karenanya, kami akan senang-senang apabila sudah
terjamin kami bisa terus melakukannya keesokan dan keesokan hari lagi”.
So, silakan bersenang-senang, asalkan tidak melupakan kodrat bahwa kita
masih memiliki masa depan untuk diperjuangkan.
Hm, mungkin itu dulu analisis awal saya akan perilaku positif
orang-orang Korea yang saya pikir bisa kita tiru – tentunya agar bangsa
kita semakin maju. Namanya juga analisis awal, sehingga baru berupa
gambaran besar saja, dan Insya Allah akan selalu diperbaiki dan
ditambahkan ke depannya.
C. Pilar Hidup / Nilai Budaya Orang Korea
Koenchanayo
Koenchanayo yg artinya toleransi dan menghargai orang lain.
Kibun (mirip Kao)
Kibun berarti menghormati orang lain dan menghindari segala tindakan yang bisa menyebabkan Orang lain kehilangan muka.
Inhwa
- Inhwa berarti pendekatan terhadap keharmonisan dalam kultur bisnis Korea.
- Hal ini tercermin dalam rasa setia terhadap perusahaan.
Hahn
Hahn berarti energi hidup Untuk mengejar pendidikan dan melakukan
pengorbanan diri demi meningkatkan kesejahteraan keluarga dan negara.
Jeong Do Management (mirip Kaizen)
- Jeong Do Management merupakan acuan filosofi bagi LG.
- Senantiasa menyediakan nilai tambah bagi konsumen dengan selalu melakukan inovasi berkelanjutan.
Orang Jepang
A. Ciri Fisik :
Orang Jepang cenderung memiliki struktur wajah oval bermata besar dan
hidung yang lebih jelas. Wanita Jepang sering memakai make up tebal
memberikan kesan warna kulit putih pucat.
B. Perilaku Baik Yang Dapat Menginspirasi :
Orang Jepang itu . . .
1. Ramah dan sopan
Khas budaya negara timur, penduduknya biasanya sangat ramah dan
bersahabat. Orang Jepang cenderung untuk selalu menyapa dan mengucapkan
salam kepada orang yang ditemuinya, sekalipun itu orang asing yang belum
mereka kenal.
Sama halnya dengan budaya Jawa dan berbeda dengan budaya barat, budaya
Jepang memperhatikan penghormatan dan sikap sopan kepada orang yang
memiliki status sosial lebih tinggi atau lebih tua. Bahasa Jepang juga
memiliki kosa kata khusus yang digunakan untuk menunjukkan penghormatan
atau yang lebih sopan seperti “krama inggil” dalam bahasa Jawa.
2. Ekspresif
Mungkin inilah ciri yang paling mencolok dari orang Jepang. Kalau kalian
pernah menonton dorama atau anime, atau membaca manga pasti sering
menemui ciri ekspresif ini, bagaimana mereka menunjukkan rasa suka,
sedih, terkejut dan lain-lainnya.
Saya belum pernah bertemu dengan orang yang seekspresif orang Jepang.
Dan yang kadang membuat saya tidak habis pikir adalah bagaimana bisa
sifat ekspresif ini menjadi ciri suatu komunitas? Apakah sifat ini sudah
terdefinisikan di dalam DNA mereka? Sebelum bertemu dengan orang
Jepang, saya berpikir bahwa sifat ekspresif yang meledak-ledak hanya
dimiliki oleh orang-orang sanguinis saja.
Ciri ekspresif ini juga yang menjadikan orang Jepang adalah teman
mengobrol yang asyik. Dengan sifat ekspresif ini mereka bisa
berkomunikasi dengan empati. Tidak peduli seberapa sederhananya topik
pembicaraannya, hal itu bisa terasa sangat menarik karena respon
ekspresif yang diberikan oleh orang Jepang. Mungkin ini juga alasan
mengapa di setiap program TVnya entah itu acara berita atau hiburan,
melibatkan begitu banyak presenter.
3. Menghargai Usaha / Proses
Ini adalah salah satu karakter positif yang dimiliki oleh orang Jepang.
Mereka tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi lebih berorientasi
pada proses. Mereka sangat menghargai usaha dan kesungguhan seseorang.
Sekalipun hasil yang dicapai oleh seseorang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, tetapi jika orang tersebut sudah berusaha dengan sangat
keras, maka mereka akan mengapresiasi dengan baik orang tersebut. Sikap
menghargai usaha ini juga tampak dari ekspresi mereka yang selalu
bersemangat menyongsong setiap pekerjaan dan tantangan, karena mereka
yakin dengan semangat dan kerja keras akan memberikan hasil yang baik.
Yosh..ganbatte ne!
4. Tumbuh Sebagai Satu Komunitas
Orang Jepang cenderung maju dan berkembang sebagai satu komunitas
daripada sebagai individu-individu yang terpisah. Kultur kebersamaan ini
bisa terlihat jika kita sudah bergabung dengan komunitas tertentu,
misalnya di laboratorium, unit kegiatan mahasiswa, atau perusahaan.
Mereka membentuk program-program atau kegiatan yang dapat memacu
kemajuan bersama. Contohnya training bersama, konsep senior yang
mendampingi junior, kegiatan saling mengajar atau knowledge transfer
untuk mendistribusikan kemampuan anggota yang lebih unggul kepada
anggota lainnya. Selain itu ketika mereka sudah bergabung dalam
komunitas tertentu, maka mereka lebih dikenal identitas komunitasnya
daripada identitas individunya. Kombinasi antara kebanggaan akan
komunitasnya dan usaha-usaha untuk memajukan komunitasnya inilah yang
menjadikan masyarakat Jepang tumbuh dalam komunitas-komunitas yang kuat
dan progresif.
5. Prosedural, Well Organized, Tekun, dan Teliti
Menurut saya sifat-sifat ini turunan dari karakter yang menghargai
usaha. Untuk meraih hasil yang memuaskan, di dalam bekerja orang Jepang
sangat memperhatikan urutan langkah-langkahnya. Jika mereka diberikan
petunjuk untuk menyelesaikan pekerjaan atau menggunakan suatu alat, maka
mereka akan dengan teliti membaca petunjuknya dari awal hingga akhir
tanpa ada yang terlewat lalu benar-benar mengerjakan sesuai dengan
petunjuk yang diberikan. Sangat prosedural. Jangan heran ketika melihat
seorang masinis kereta yang sudah bekerja puluhan tahun, ketika
menjalankan tugasnya dia masih dengan semangat menunjuk-nunjuk
panel-panel kontrol sambil berbicara pada dirinya sendiri, itu
semata-mata dilakukan untuk memastikan dia tidak salah dalam melakukan
tugasnya. Meski mereka telah sering menjalani rutinitas itu, ketekunan
dan ketelitiannya tidak berkurang. Orang Jepang memang sangat cocok
untuk jenis pekerjaan yang berupa rutinitas dan membutuhkan ketelitian.
Hal ini juga yang berlaku dalam hal mematuhi aturan lalu lintas atau
peraturan lainnya. Tidak peduli kondisi di lapangan seperti apa atau
apakah ada peluang untuk melanggar, mereka akan tetap mematuhi
peraturan. Kalau kalian coba bertanya kepada mereka kenapa mereka selalu
taat kepada setiap aturan, maka jawabannya akan sederhana karena itu
adalah aturan, titik.
C. Pilar Hidup / Nilai Budaya Orang Jepang
Pilar utama nilai-nilai budaya Jepang dikenal dengan wa (harmoni), kao
(reputasi), dan omoiyari (loyalitas). Konsep wa mengandung makna
mengedepankan semangat teamwork, menjaga hubungan baik, dan menghindari
ego individu. Kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri,
reputasi, dan status sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari
konfrontasi dan kritik terbuka secara langsung. Membuat orang lain
“kehilangan muka” merupakan tindakan tabu dan dapat menyebabkan
keretakan dalam hubungan bisnis. Sedangkan omoiyari berarti sikap empati
dan loyalitas. Spirit omoiyari menekankan pentingnya membangun hubungan
yang kuat berdasarkan kepercayaan dan kepentingan bersama dalam jangka
panjang.
Kaizen
- Kaizen merupakan istilah bahasa jepang terhadap continuous improvement.
- Kai berarti perubahan, zen berarti baik.
- Jadi kaizen berarti melakukan perubahan agar lebih baik secara terus menerus.
Bushido
- Bushido adalah kode atau prinsip yg dianut oleh para samurai Jepang.
- Prinsip bushido Menekankan pada kehormatan, keberanian, dan kesetian kepada atasan melebihi apapun.
- Pejuang samurai yang ideal adalah mereka yang tidak mempunyai rasa
takut terhadap kematian tetapi mereka takut jika tugas yang mereka emban
tidak berhasil.
Makoto
Makoto berarti bersungguh-sungguh dengan selalu berkata dan bertindak
jujur dengan tidak berlaku curang baik kepada kawan maupun lawan.
Genchi Genbutsu
- Definisi harfiah Genchi Genbutsu dari bahasa Jepang adalah ‘go and see the problem’.
- Genchi genbutsu bukan sekadar teori, melainkan lebih menekankan pada
praktek dimana kita harus langsung mendatangi masalah untuk mengetahui
masalah tersebut.
Hansei
- Dalam bahasa Jepang , hansei berarti perenungan.
- Dalam manajemen bisnis, hansei berarti peninjauan ulang secara cermat yang dilakukan setelah tindakan diambil.
- Tidak perduli hasil akhirnya sukses atau gagal, mereka tetap harus meninjau hasilnya.
- Hansei berlawanan dengan pola pikir “KALAU TIDAK RUSAK BUAT APA DIPERBAIKI”.
- Kebanyakan kita masih menunggu rusak baru diperbaiki.
A. Ciri Fisik :
Orang Cina cenderung memiliki wajah bulat daripada orang Korea dan
Jepang. Cina adalah negara multi-etnis besar tak seperti Korea dan
Jepang (yang lebih etnis homogen) sehingga lebih sulit untuk membedakan
atau mengeneralisasi.
B. Perilaku Baik Yang Dapat Menginspirasi :
Orang China itu . . .
1.
Kegiatan kehidupan mereka yang terpusat pada perdagangan, industri, dan
berbagai pelayanan jasa yang tidak digeluti oleh anggota masyarakat
(berusaha berbeda).
Dalam mencari penghidupan, orang-orang Cina lebih memilih untuk
berdagang. Berbeda dengan bangsa pribumi yang lebih memilih untuk
menjadi pegawai, terutama Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kepiawaian orang
Cina dalam berdagang lalu menjadi rahasia umum. Orang Cina dapat
membedakan dengan tegas antara urusan bisnis dan urusan pribadi. Hasil
keuntungan harus digunakan untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan
lagi. Uang harus menjadi uang, bukan untuk menimbun utang atau
berfoya-foya.
2. Berani Mengambil Resiko.
Karena berdagang itu penuh resiko. Sifat bisnis pedagang Cina yang lain
adalah tahan banting, Mereka harus kuat, termasuk sanggup mengorbankan
diri dalam beberapa hal, seperti waktu, tenaga, dan uang demi mencapai
tujuan menjadi orang kaya, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang
kemudian.
3. Kerja Keras.
Percaya pada takdir, tapi tidak mau menyerah pada nasib, mereka percaya
nasib ibarat roda, sesekali di atas dan sesekali di bawah. Kerja keras
tanpa kenal lelah menjadi ciri dari orang Cina yang mengakibatkan mereka
unggul dari yang lain. Ada filsafat Cina yang berbunyi seperti ini :
"Hiduplah nikmat, maka nanti kau akan sengsara. Orang-orang yang sukses
dibentuk dari kehidupan yang sulit". Jadi dalam berusaha, banyak
pengusaha yang awalnya bersusah susah dahulu, kemudian baru ketika sudah
kaya mulai berani bersenang-senang.
4. Enterprenuer yang Selalu Menjaga Kualitas dan Kepercayaan.
Bangsa Cina ini mempunyai sifat-sifat yang agak aneh di banding
bangsa-bangsa yang lain, orang Cina itu kalau yang terbaik untuk dijual,
sedang yang jelek untuk dipakai sendiri. Orang Cina itu pekerja keras
dan cerdas, orang Cina kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada
saat anaknya nanti, usaha sudah menjadi pabrik kacang, jadi untuk faktor
enterpreneurship mungkin cina itu nomor satu di dunia.
Di Cina sebulan umumnya bekerja 60 jam, enam hari seminggu. Meski
sekitar 20 jam diantaranya terhitung lembur, tapi mereka tidak
mendapatkan upah tambahan dari kerja ekstra itu. Kerja keras seolah-olah
menjadi jalan satu-satunya, hal ini tidak perlu dipersoalkan jika kita
memiliki pekerjaan yang kita senangi.
Ada ungkapan "Orang Cina bisa berdagang di kampung Melayu, tetapi orang
Melayu belum tentu bisa berdagang di kawasan orang Cina", salah satu
sebab adalah mereka lebih cincai, fleksibel, lebih ramah dan lebih
menjaga "nama", karena mereka berpikiran jauh kedepan, bahwa kepercayaan
adalah modal yang tak terbatas dalam bidang dagang, bukannya pribumi
tidak mempunyai pemikiran itu, tetapi persentase yang mau memanfaatkan
pemikiran dan sikap itulah yang belum merata.
5. Orang Cina selalu menginginkan perubahan secara total.
Maka hijrah adalah sebuah keharusan, orang itu harus hijrah bukan saja
secara fisik melainkan juga mental, jiwa, dan mendekatkan diri pada-Nya.
Keinginan seseorang untuk berubah adalah kunci utama keberhasilan orang
Cina.
6. Belajar Dari Kegagalan dan Berusaha Mempertahankan Keberhasilan.
Setiap pedagang Cina dapat mengambil hikmah dan belajar dari
kegagalannya. Mereka mengevaluasi segala kekurangan, kelemahan,
kesalahan, dan kegagalan. Mereka terus belajar dari kegagalan itu.
Kegagalan pertama tidak dapat melunturkan semangatnya, sebaliknya justru
akan membuatnya lebih gigih, kegagalan kedua dijadikannya pelajaran,
kegagalan ketiga menjadikannya lebih bijak, kegagalan yang seterusnya
akan menguji kesabaran dan ketabahannya. Gagal beberapa kali bagi orang
cina tidak berarti akan gagal untuk seterusnya. Orang Cina percaya dan
yakin mereka pasti akan berhasil suatu hari nanti.
C. Pilar Hidup / Nilai Budaya Orang China
Confucianism
- Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tak menyukai kekerasan.
- Salah satu hal penting yang diajarkan ialah “Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu!”.
- Ini jelas sekali bahwa kalau kita tak menyukai orang lain memaksakan
kehendaknya kepada kita, janganlah kita memakai kekerasan yang sama
kepada orang lain.
- Ajaran penting lainnya ialah “Selalu hormatilah orang yang lebih tua, lebih-lebih orang tuamu”.
- Prinsip lainnya adalah “Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara-saudaramu hidup berkekurangan!”.
- Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina
selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan
membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral
dan finansial.
Guanxi
- Guanxi dapat diartikan cerdik memanfaatkan jaringan.
- Sebagai contoh, tidak punya uang untuk beli barang dagangan, bisa
dilakukan dengan meminjam barang dagangan milik saudara. Laku baru bayar
(sistem konsinyasi).
- Kalau tidak punya pemasok cukup meminta jaminan dari relasi yang punya pemasok.
- Untuk itu mereka berupaya membangun kepercayaan supaya bisa langgeng.
Shinyung
Shinyung adalah sikap saling mempercayai antarsesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar